Kamis, 17 Januari 2013

DEMO MAHASISWA UNISMA BEKASI MENOLAK PHK SEPIHAK
BEKASI TIMUR – Tidak terima dengan keputusan rektorat yang memecat puluhan satpam kampus, mahasiswa Unisma yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Unisma Bekasi (Amuk), kemarin berdemo di depan kampus.

Mereka menggelar aksi di Jalan Cut Meutia, Bekasi Timur, tepat di depan kampus sejak pukul 10.00. Dalam aksinya mereka juga menyantroni kantor rektorat dan men-sweeping ruang perkuliahan. Kepada rektorat mereka mempertanyakan keputusan pemecatan itu.

’’Kalau dilihat dari usia, mereka belum masuk usia pensiun. Tapi kenapa rektorat mempensiunkan dini mereka. Ada lebih 20 satpam yang dipecat tapi dibawah umur 55,’’ ungkap Didi Mulyawan, salah satu orator dalam aksi kemarin.  Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap para satpam itu akan berlaku per 1 Januari 2013 nanti. Karena itu, dia mendesak rektorat membatalkan pemecatan tersebut.

Menanggapi tuntutan tersebut, perwakilan rektorat Resa Reslan menyatakan tidak akan mencabut keputusan pemecatan sejumlah satpam yang sudah ditandatangani pihak rektorat. Alasannya, penggunaan tenaga kerja semacam satpam dan sejenisnya masuk dalam kategori outsourcing.
 
’’Isu outsourcing bukan hanya satpam. Pekerja kebersihan kampus pun sudah lama menggunakan sistem outsourcing. Jadi keputusan dari lembaga kampus tidak bisa dicabut,’’ ujar pria berkacamata ini.

Tidak puas dengan keputusan rektorat yang tetap memecat satpam, mahasiswa lantas melakukan aksi yang lebih reaktif. Mereka tidak segan-segan mengajak mahasiswa keluar dari ruang kuliah dan bergabung memprotes pemecatan. Bahkan, mereka juga tidak segan-segan membakar ban tepat di depan gedung rektorat hingga melakukan penyegelan.
 
’’Ini bentuk protes kami terhadap outsourcing di lingkungan perguruan tinggi. Kami berharap mereka mendapat pesangon yang layak atas masa bakti mereka selama ini,’’ jelas Didi, salah satu mahasiswa semester tujuh.

Sementara itu, aksi mahasiswa tersebut mendapat penentangan dari internal kampus. Winda, salah satu dosen komunikasi, mengaku aksi yang dilakukan Didi dkk merampas kebebasan mahasiswa dan dosen lainnya yang tengah melakukan aktivitas perkuliahan.

’’Kita bukannya melarang aksi. Tapi, sebaiknya aksi demonstrasi tidak sampai mengganggu wilayah publik. Jangan sampai men-sweeping mahasiswa yang tengah kuliah, karena mereka berhak untuk mendapatkan ilmu,’’ protesnya.

Dia juga menyayangkan tujuan dari aksi demo tersebut yang dianggapnya tidak jelas. ’’Demo yang mereka lakukan tidak jelas. Antara tuntutan tidak sesuai karena membubarkan kelas saat jam mengajar. Mereka juga anarkis dengan menentang tempat sampah dan mengedor-gedor kaca kelas agar mahasiswa keluar,’’ cetus dosen berkerudung ini. (cr55)
SUMBER : http://m.jpnn.com/news.php?id=151678

0 komentar:

Posting Komentar